Keresahan juga menghinggapi para produsen tahu tempe di
Bengkulu. Mereka mengancam menghentikan produksi jika pemerintah tidak bisa
menurunkan harga kedelai dari Rp 9.500 menjadi Rp 7.500/kg. “Kami tidak mampu
lagi membeli harga bahan baku kedelai" kata Suratmo (44), salah seorang
perajin tahu tempe di Kota Bengkulu, yang ditemui SP, di Bengkulu, Minggu
(8/9). Mereka mengatakan, sejak harga kedelai melambung menjadi Rp 9.500/kg,
sebagian besar hasil keuntungan mereka tersedot untuk menambah modal membeli
bahan baku. Hal ini terjadi karena mereka tidak menaikkan harga jual kepada
konsemen.Sungkono (49), perajin tahu tempe lainya di Kota Bengkulu mengaku
modal yang dikeluarkan tidak seimbang lagi dari keuntungan yang didapat.
“Hampir 70% penjualan tersedot untuk modal bahan baku kedelai. Kalau kondisi
seperti terus berlanjut, lebih baik saya berhenti membuat tahu tempe, karena
hasilnya tidak ada lagi," ujarnya.Sementara itu, Ketua Koperasi Harapan
Baru, Kota Bengkulu, Mas Agus Yunus mengatakann, sampai sekarang sudah 50% dari
115 anggotanya telah berhenti memproduksi tahu tempe. Untuk itu, dia
mengharapkan Pemprov Bengkulu dapat mengatasi kenaikan harga kedelai dengan
mensubsidi harga bahan baku pembuatan tahu tempe, sehingga para perajin masih
bisa berproduksi.Sementara itu, Asisten II Pemprov Bengkulu, M Nashyah
mengatakan, untuk mengendalikan harga kedelai di daerah ini, Bulog pusat akan
mensuplai kedelai ke Bengkulu sebanyak 2.000 ton. "Kedelai itu
diperkirakan tiba di Bengkulu Oktober mendatang," ujarnya. Kedelai yang
akan dipasok Bulog berasal dari Amerika Serikat (AS). [ARS/143]
sumber: http://www.suarapembaruan.com/home/pengrajin-tempe-dan-tahu-di-jatim-mogok/41493 diakses pada tanggal 16 Mei 2014
sumber: http://www.suarapembaruan.com/home/pengrajin-tempe-dan-tahu-di-jatim-mogok/41493 diakses pada tanggal 16 Mei 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar